Kabar heboh di Indonesia memang tak pernah ada habisnya. Setiap hari, kita selalu disuguhi dengan berbagai informasi yang menghebohkan dari berbagai media, baik itu media sosial maupun media konvensional. Namun, di balik popularitasnya, kabar heboh seringkali juga menjadi sarang penyebaran hoaks yang dapat merugikan banyak pihak.
Menurut pakar komunikasi, Dr. Santi Rahmawati, popularitas kabar heboh di Indonesia tidak terlepas dari budaya sensasionalisme yang kini semakin merajalela. “Masyarakat Indonesia cenderung lebih tertarik pada informasi yang mengguncang daripada informasi yang faktual. Hal ini menjadi peluang bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoaks demi kepentingan tertentu,” ujarnya.
Salah satu kabar heboh di Indonesia yang sempat menjadi perbincangan hangat adalah kasus penyebaran hoaks terkait pandemi COVID-19. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebanyak 40% hoaks terkait COVID-19 berasal dari Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa besarnya tantangan dalam menangani penyebaran hoaks di tengah popularitas kabar heboh.
Menurut Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, penyebaran hoaks dapat membahayakan masyarakat karena dapat menyebabkan kepanikan dan ketidakpercayaan terhadap informasi resmi. “Kami terus mengimbau masyarakat untuk bijak dalam menyaring informasi dan selalu memverifikasi kebenaran informasi sebelum menyebarkannya kembali,” ujarnya.
Meskipun demikian, popularitas kabar heboh di Indonesia tidak sepenuhnya negatif. Beberapa ahli meyakini bahwa kabar heboh juga dapat menjadi sarana untuk menyebarkan informasi positif dan mengedukasi masyarakat. “Dengan kecerdasan kolektif, masyarakat dapat memfilter informasi dan memilih untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat bagi banyak orang,” ujar Prof. Bambang Sugiarto dari Universitas Indonesia.
Dengan demikian, penting bagi kita sebagai masyarakat untuk bijak dalam menyikapi kabar heboh di Indonesia. Jangan mudah terpancing emosi dan selalu verifikasi informasi sebelum menyebarkannya kembali. Sebagai konsumen informasi, kita memiliki peran penting dalam menjaga kebenaran informasi dan mencegah penyebaran hoaks. Semoga dengan kesadaran ini, popularitas kabar heboh di Indonesia dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua pihak.